My Passion, My Love, My Life



Hari ini, aku pengen cerita mengenai passion.
Aku dulu nggak pernah tau passion aku apa, dulu waktu masih kecil ketika di tanya "Cita-cita kamu apa? kamu pengen jadi apa?" aku mikirnya lama banget, lalu jawabnya ngasal, atau kalo nggak ngikut temen-temenku yang lain biar samaan. Jawabnya kalo nggak guru, dokter, ya arsitek. Kayaknya itu cita-cita yang jaman dulu jadi idaman para anak SD, entah kalo di jaman sekarang. Padahal sesungguhnya, di dalam lubuk hati kecilku ini, aku sama sekali nggak tertarik sama ke-tiga profesi itu.

Lalu, ketika mulai masuk SMK, aku bimbang mau masuk jurusan apa. Ibuku menyarankan aku pilih jurusan Administrasi Perkantoran. Ya aku bisa ngerti sih kenapa ibu pengen aku masuk jurusan itu, orang tua mana coba yang nggak bangga anaknya suatu saat nanti kalo udah lulus bisa kerja di bidang perkantoran. Pakai kemeja, blazer, highheels, dan ngadep komputer. Kelihatannya keren ya kan?

Tapi, aku nggak minat. Aku nggak suka. Aku nggak suka mikir yang rumit-rumit. Aku nggak suka sama segala hal yang berbau matematika atau apapun itu yang berkaitan dengan hitung-menghitung. Aku nggak mau di hadapkan pada situasi yang bikin aku jadi tambah pusing.
Akhirnya aku pilih jurusan yang berbeda dari yang lain, yaitu multimedia. Kalo yang lainnya masih ada hubungannya dengan bisnis dan managemen, kalo multimedia ini aku pikir masih nyerempet ke dunia seni, dan aku tertarik sama seni. Oke, aku masuk jurusan Multimedia. Jurusan yang mayoritas di huni oleh para kaum adam.
Disini aku belajar banyak hal. Belajar menggambar, photography, video editing, dan ngedit foto orang biar terlihat mulus nan rupawan, hehe. Suka sih, tapi nggak suka-suka banget. Karena aku merasa kurang menguasai bidang foto dan video. Paling suka-nya kalo ada pelajaran menggambar, terutama menggambar orang. Dari kecil, sebelum aku masuk TK, aku udah di suguhi alat tulis dan kertas oleh orang tuaku. Jaman dulu mah belum ada gadget, jadi ya anak kecil di era tahun 90an biasanya cuma main pasaran di rumah, atau kalo nggak mainnya petak umpet, engklek, lompat tali, di luar rumah. Kalo main pasaran ntar aku jadi kotor, kalo main petak umpet, duh aku males panas-panasan, takutnya ntar jadi dekil, hehe. Jadi ya mending bobo-an aja di kamar sambil corat-coret di kertas. Yaps, I think it's fun.

Ketika usia 9 tahun aku mulai suka nulis, nulis cerpen. Nulis sendiri, di baca sendiri, lalu setelah itu di buang ke tong sampah, atau kalo nggak di sobek-sobek dulu biar nggak di baca orang rumah. Aku orangnya nggak pede-an memamerkan karyaku ke orang lain, meskipun itu keluargaku sendiri. Aku merasa karyaku jelek, dan aku takut di tertawakan. Tapi, aku suka dengan hobiku ini, yaitu menulis. Hampir tiap hari aku nulis, sepulang sekolah aku lebih memilih berdiam diri di kamar sambil nulis daripada nonton sinetron. Kalo ada temenku yang ngajakin main ke kebun buat nyuri buah talok, aku nggak mau, aku lebih suka di rumah, melakukan hobiku.

Ketika SMP aku pernah mengikuti lomba melukis tingkat kota mewakili sekolahku. Walaupun nggak menang, tapi seneng. Seneng karena dari ratusan siswa di sekolahku, aku salah satu yang di percaya dan di pilih buat jadi perwakilan sekolah.
Kemudian satu tahun yang lalu aku mengikuti lomba menulis yang di adakan oleh salah satu media berita online dan situs entertainment terbesar di Indonesia. Alhamdulillah, dapet hadiah, dapet juara, meskipun bukan juara satu.
Dari situ aku menjadi semakin terpacu untuk terus mengembangkan passionku, mengembangkan apa yang menjadi kesukaanku. Kalo passion itu gini, kamu melakukan sesuatu walaupun kamu nggak di bayar tapi kamu seneng. Kamu melakukan pekerjaan walaupun kamu nggak dapet imbalan tapi kamu puas. Intinya ngga ada keterpaksaan, karena kamu melakukannya dengan suka cita.

Sekarang, aku sudah menemukan passionku, dan passion itu harus selalu di latih agar semakin berkembang menjadi lebih baik lagi.
Sekarang, aku sudah menemukan cita-citaku. Yakni apapun itu yang berkaitan dengan dunia seni, sastra, ataupun tulis-menulis. Paling pengen jadi penulis novel best-seller yang karyanya di angkat menjadi film layar lebar. Aku suka ngebayangin betapa bangga dan bahagianya jika namaku terpampang nyata di layar bioskop yang super gede itu, di saksikan oleh ribuan atau bahkan jutaan pasang mata.
"Based on the best selling book by (nama saya)".

Yah, nggak ada salahnya bermimpi. Karena mimpi adalah langkah awal menuju gerbang kesuksesan. Aku dan kamu boleh bermimpi. Siapapun boleh bermimpi. Kalo katanya mbak agnez : "Dream, believe, and make it happen." Mimpi, percaya, dan jadikan itu kenyataan.

Anyway, biasanya ide menulis mengucur deras ketika waktu menunjukkan sepertiga malam. Sepi, sunyi, sendiri.
Kalau anak jaman sekarang kebanyakan lebih suka nulis status menye-menye di beranda facebooknya atau pamer barang branded di akun instagramnya, kalau aku lebih suka nulis sajak sesak atau beberapa prosa di buku journalku. 

Dan sekarang, aku sedang mencari pekerjaan yang memang benar-benar sesuai dengan minat dan passionku. Melakukan hobi, mendapatkan royalti pula. Seneng banget pasti.

Untuk kamu yang belum tau passion kamu apa, yang belum tau pengen jadi apa kamu di masa yang akan datang, yang belum nemuin kemampuan atau bakat yang ada di dalam diri kamu. Percayalah, setiap manusia terlahir dengan kelebihannya. Kita semua punya kelebihan. Kita semua punya kemampuan yang dapat kita asah, kita latih, sehingga kemampuan itu bisa dikembangkan menjadi lebih baik sampai bisa ke tahap sukses. Teruslah berdoa, berusaha, dan berlatih. Kalau kamu gagal, bangkit lagi. Jangan pernah menyerah dan jangan pernah berhenti untuk belajar. Jangan pula fikiranmu hanya berfokus pada kelemahanmu saja. Kamu bisa, kamu mampu, kamu hebat.
Dan, yang paling penting nih. Abaikan mereka yang berusaha menjatuhkanmu, yang tidak menghargai setiap usaha dan perjuanganmu.
Tanamkan dalam fikiranmu, kamu layak mendapatkan yang terbaik.

Selamat menemukan passionmu yaa :')
Do what you love what you do!

Terima kasih banyak sudah membaca, semoga bermanfaat.



***


Much love,
xoxo

Komentar

Postingan Populer